Minggu, 12 September 2010

Strategi Kongres Budaya Banjar II

(Dikutip Dari: Situs organisasi orang Banjar di Malaysia, 3 April 2010)
Strategi Kongres Budaya Banjar II
(Scientific Imagination: Karakter Urang Banjar Masa Depan )
Oleh: Qinimain Zain *

FEELING IS BELIEVING. AMUN aruh kada usah dikiau, amun bakalahi habari, dalas balangsar dada bahampai (JIKA pesta tak perlu dipanggil, tetapi jika bertengkar (ada kesulitan) beri kabar, meski harus merangkak dengan dada akan datang – Qinimain Zain). 

TANGGAL 4 – 7 April 2010, Kongres Budaya Banjar Ke dua diadakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), dengan tema “Manahapi Kebudayaan Banjar Gasan Sasangga Banua" . Rencana diikuti peserta warga Banjar yang tersebar di  Indonesia dan luar negeri seperti Malaysia, Slangor, Johor Baru, Sabah dan Brunei Darussalam, papar Bihman Mulyansyah, Kepala Dinas Pariwisata Kalsel di Banjarmasin (19/03/10). 

Ada beberapa strategi penting yang telah saya berikan berkaitan dengan masalah banua Banjar, seperti memecahkan polemik panjang arsitektur lokal (Banjar) dengan modern (pendatang) dalam Strategi Paradoks Budaya, perubahan paradigma baru budaya madam dalam Strategi Pertemuan Saudagar Banjar, dan perlunya pengembangan cabang ilmu Banjar Futurology  dalam Strategi Kongres Budaya (I), yang semuanya dapat download kembali di internet.

 Lalu, apa strategi penting bagi keunggulan urang dan banua Banjar lain?

Menetapkan filosofi model karakter imajinasi unggul urang Banjar. Ini demikian mendesak. Sama mendesaknya dengan dengan merumuskan filosofi Pancasila saat negara Indonesia akan diproklamasikan. Dan, scientific imagination benchmark  dalam karakter khas unggul ini dibutuhkan sebuah produk, pribadi, organisasi (kelompok), perusahaan, departemen, suku, agama, dan bangsa atau negara, agar unggul pula sekarang dan masa depan, sebagai rekayasa sosial. Untuk menggambarkan hal ini penting (sekarang bagi Indonesia), sampai-sampai Menbudpar Jero Wacik pun (19/03/10) memutuskan dalam rapat kabinet lima instansi Kemendiknas, Departemen Agama, Kantor Menpora, Meneg Pemberdayaan Perempuan dan Menkokesra bersinergi mengembangkan pendidikan karakter bangsa. (Tetapi akan percuma bila tanpa ada model imajinasi – QZ).

Kemudian, mengapa susah menentukan dan membentuk sebuah karakter unggul (untuk apa dan siapa pun)? Untuk suku atau bangsa, meskipun memiliki teladan banyak tokoh (pahlawan), tetap saja sejarah mencatat ada sebagian orang tak setuju (sebagian) karakter tokoh itu. Begitu juga, rasul, nabi dan orang suci sekali pun yang demikian ideal bagi pemeluk agamanya, tetapi tidak bagi yang lain. Sedang untuk karakter ideal imajinasi dapat disebutkan banyak sekali, tetapi ini mengakibatkan pasti ada kelompok setuju dan tidak pula. 

Sebenarnya karakter utama unggul suatu sebuah produk, pribadi, organisasi (kelompok), perusahaan, departemen, suku, agama, dan bangsa atau negara itu universal, namun situasional (lokal budaya yang berbeda-beda). Sebuah paradoks. Femonena sosial yang dapat (dan hanya dapat) dipecahkan dan dijelaskan oleh sistem ilmu pengetahuan. Dan, celakanya (ilmu) pengetahuan sosial paradigma lama tidak memadai untuk ini (Sebelum saya pecahkan dengan paradigma baru TOTAL QINIMAIN ZAIN: The Strategic-Tactic-Technique Millennium III Conceptual Framework for Sustainable Superiority (2000)). Karena menurut Thomas Samuel Kuhn, paradigma (ilmu) sosial masih dalam tahap pre-paradigmatik, sebab pengetahuan mengenai manusia tidaklah semudah dalam ilmu alam.

Akhirnya, untuk lembaga, peneliti dan ahli berkenaan budaya Banjar (juga pencinta budaya dan banua  ingin dianggap bukan (si)apa-(si)apa. Banjar – salam hormat), jangan hanya melestarikan budaya yang ada, tetapi juga menciptakan (baca: merekayasa) budaya Banjar baru yang unggul. Karena budaya (sebuah produk, pribadi, organisasi (kelompok), perusahaan, departemen, suku, agama, dan bangsa atau negara) harus tumbuh dan berkembang menjawab tantangan masanya. Kecuali kalau memang

BAGAIMANA strategi Anda?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar