Minggu, 12 September 2010

Strategi Kongres Budaya Banjar (Banjar Futurulogy)

(Dikutip Dari: Harian Radar Banjarmasin, Rabu 31 Oktober 2007)

Strategi Kongres Budaya Banjar
(Banjar Futurology)
Oleh Qinimain Zain

FEELING IS BELIEVING. BADIMAPA kada maulak di luang satu, lamun kapala maulak di luang satu haja (BAGAIMANA tidak berputar-putar di lubang satu, jikalau pikiran hanya berputar-putar di lubang satu saja) (Qinimain Zain).


SELASA, Rabu, dan Kamis, 30-31 Oktober dan 1 Nopember 2007 ini, akan digelar Kongres Budaya Banjar I, di Mahligai Pancasila, Aula Abdi Persada, Taman Budaya dan Gedung Sultan Suriansyah, Banjarmasin. Melalui kongres ini, diupayakan mencermati berbagai unsur budaya Banjar yang memungkinkan dapat diaktualisasikan, dikembangkan dan dipedomani sebagai perwujudan identitas suku bangsa yang berbudaya, selain bertujuan mengeratkan hubungan silaturahmi warga banjar di Kalimantan Selatan dengan warga Banjar di perantauan, baik dalam dan luar negeri (Radar Banjarmasin, 28/10/07). “Kami telah mengudang para tokoh dan urang Banjar yang sekarang tinggal di luar Kalsel seperti di Tembilahan, Riau dan juga yang berdomisili di negeri orang seperti Brunei Darussalam,” jelas Bihman Mulyansyah, Kepala Dinas Pariwisata Kalsel.

Apa strategi penting urang dan budaya Banjar sekarang agar unggul di masa depan?

 Tantangan terbesar urang Banjar sekarang dan masa depan, adalah tentang masa depan itu sendiri. Dan, menurut The Liang Gie (1997), masa depan bukan sesuatu yang sudah ada dan tetap tak berubah sehingga manusia tinggal menghampiri dan menjalani saja, melainkan suatu keadaan yang secara aktif dipilih dan dibuat terjadi. Keadaan masa kebudayaan kini adalah merupakan akibat dari apa yang dipilih dan dilakukan atau tidak dilakukan (dengan sengaja atau tidak sengaja karena ketidaktahuan atau lalai) oleh manusia pada masa lalu. Dengan demikian, masa depan adalah akibat dari apa yang dipilih dan dilakukan oleh siapa pun pada masa kini. Di akkhir milenium kedua lalu,  berkembang cabang ilmu masa depan (Futurology) atau future studies, penelitian dengan menggunakan berbagai tata cara ilmiah tentang masa depan dari dunia (termasuk suku bangsa - QZ). Masa depan dibagi berdasar pilihan-pilihan, (1) masa depan yang bisa jadi (the probable), (2) yang mungkin (the possible), dan (3) yang lebih disukai (the preferable).
  
Lalu, mengapa urang dan budaya Banjar perlu Futurology Banjar? Sekarang, sebagian besar pribadi dan suku bangsa, merancang masa depan tanpa sistem ilmu pengetahuan memadai, sama seperti menyusun jigsaw puzzle, teka-teki menyusun potongan gambar, namun tanpa tahu gambar apa yang akan dibentuk. Persis berusaha membangun gundukan dari potongan-potongan kayu dengan mengambil dari bawah, gundukan selalu runtuh – demikian terus berulang. Dengan sistem ilmu pengetahuan, laksana membangun bangunan dengan model kerangka gambar yang ada diperhitungkan lebih dahulu, meski hasil akhir tidak selalu persis dengan acuan awal sehubungan dengan perkembangan waktu, tempat dan tantangan. Dari Sabang sampai Merauke, atau dari berbagai belahan mana pun banyak nilai Banjar (juga suku bangsa lain) yang unggul untuk diteladani, selain terdapat berbagai hal lain harus diperbaiki atau bahkan dihilangkan sesuai keadaan sekarang dan masa depan.
 
Jadi, Banjar Futurology, ilmu masa depan urang dan budaya Banjar. Suatu sistem ilmu masa depan urang dan budaya Banjar yang paling bisa jadi dan terbaik, yaitu kearifan sistem adat istiadat Banjar yang khas unggul di suatu waktu dan tempat (ruang geografi), baik berupa norma, gagasan dan konsepsinya. Kearifan Banjar yang terbukti unggul dalam interaksi dengan ruang dan waktu di lingkungan sosialnya sekarang dan mungkin di masa depan. 

Sekarang penelitian ilmu masa depan (futurology) Banjar harus bukan hanya untuk kelompok besar (1) Suku Banjar Kuala, yang terdapat di daerah Banjarmasin hingga Kabupaten Barito Kuala, (2) Suku Banjar Batang Banyu, umumnya menghuni kawasan dataran rendah berawa sepanjang sungai, mulai dari sekitar hilir kota Margasari hingga kota Kelua di tepi sungai Tabalong, meliputi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, dan Tabalong, serta (3) Suku Banjar Pahuluan, mendiami dataran yang lebih tinggi mulai kaki hingga daerah hulu sungai di pegunungan Meratus dan sebelah timurnya, dari Tanjung sampai Pleihari, meliputi sebagian kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Tanah Laut, dan Kotabaru, (Achmad Mawardi, 2004), tetapi juga (4) Suku Banjar Perantauan Dalam Negeri, dari Sabang – Aceh, sampai Merauke – Papua, dan (5) Suku Banjar Perantauan Luar Negeri, di negara mana pun berada.

Akhirnya, diharapkan perhatian kongres dan lembaga adat Banjar, tidak hanya tertuju melestarikan nilai-nilai dan budaya masyarakat adatnya dalam identitas kebudayaan dari ukuran penampilan fisik seperti pakaian adat, tari-tarian dan lagu, dengan mengadakan pagelaran seni dan pertunjukan budaya, serta silaturami semata. Tetapi juga, merancang nilai-nilai Banjar masa depan yang lebih luas, sehubungan dengan adanya pertambangan, perkebunan atau kota besar, bahkan di perantauan kini dan masa datang. Dan, untuk akademi berkaitan di daerah ini sudah saatnya membuka jurusan Banjar Futurology dan intensif mengembangkannya. Jika bukan sekarang, kapan lagi. Jika bukan Anda, siapa lagi. 

Sebagai contoh, dalam paradigma TOTAL QINIMAIN ZAIN: The Strategic-Tactic-Technique Millennium III Conceptual Framework for Sustainable Superiority, saya sudah merancang (sistem ilmu pengetahuan) TQZ Cross-National Espouse Value Strategy, dengan mengadaptasi Smallest Space Analysis Map 13 Countries dari Ronen and Kraut (1977), untuk menentukan lima nilai patokan pribadi unggul dari kelompok negara Latin, Asiatic, Low-Countries, Anglo-American dan Nordic. Karena, bagaimana pun pribadi (termasuk suku bangsa atau apa saja) adalah produk dari lingkungan (global), dan tanpa mengetahui nilai keunggulan posisinya di antara yang lain, keunggulan yang dimiliki hanyalah semu atau tidak mengetahui arah masa depan seharusnya.

JIKA tidak memikirkan masa depan, tidak akan punya masa depan (John Galsworthy).

BAGAIMANA strategi Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar